Tidak ada produk di keranjang.
Metode Menandai Malam Lailatul Qadar Menurut Imam Ghazali
Malam Lailatul Qadar menurut Imam Ghazali ini hanya sebagai rujukan dan referensi saja. Tidak boleh dijadikan sandaran secara total dan mutlak.
Sebab, esensi dari dirahasiakannya Lailatul Qadar sendiri ialah supaya para manusia bersungguh-sungguh dalam mencarinya sejak awal Ramadhan, tidak oportunis.
Oleh sebab itu, setelah mengetahui kaidah / metode dalam menjumpai malam Lailatul Qadar menurut Imam Ghazali ini tidak lantas kemudian bersantai-santai, dan baru giat beribadah pada hari yang telah ditentukan.
Maka alangkah baiknya kita menyikapi metode malam Lailatul Qadar menurut Imam Ghazali ini hanya sebatas sebagai pengetahuan dan informasi saja, yang sifatnya hanya sebagai rujukan ataupun referensi.
Malam Lailatul Qadar Menurut Imam Ghazali
Ada banyak Ulama’ yang merangkum suatu metode dalam mencari malam Lailatul Qadar. Di antara ulama itu ialah Imam Abu Hamid Al-Ghazali & Imam Abul Hasan as Syadzili.
Bahkan Syekh Abul Hasan menyatakan semenjak ia baligh selalu menjumpai Lailatul Qadar dan sesuai dengan kaidah ini.
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana disebutkan dalam kitab I’anatut Thalibin juz 2, hal. 257, bahwa metode untuk mengetahui Malam Lailatul Qadar dapat dilihat dari hari pertama / awal bulan Ramadan itu dimulai.
Kaidahnya adalah sebagai berikut:
1. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar akan jatuh pada malam ke-29.
2. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Senin, maka Lailatul Qadar akan jatuh pada malam ke-21.
3. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Selasa atau Jum’at, maka Lailatul Qadar akan jatuh pada malam ke-27.
4. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Kamis, maka Lailatul Qadar akan jatuh pada malam ke-25.
5. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu, maka Lailatul Qadar akan jatuh pada malam ke-23.
Syekh Abul Hasan As-Syadzili berkata:
“Sejak saya menginjak usia dewasa, Malam Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari metode/kaidah tersebut.”
Kaidah ini sesuai dengan penjelasan dalam kitab Hasyiah al-Jamal, hal. 480 yang juga menyatakan seperti kaidah diatas.
Malam Lailatul Qadar Menurut Ulama’ yang Lain
Berbeda dengan penjelasan dalam kitab Ianatut Thalibin pada halaman 258, serta Hasyiah al-Bajury dalam juz pertama halaman 304, yang mana mencantumkan kaidah lain:
1. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Jumat, maka lailatul qadar akan jatuh pada malam 29,
2. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu, maka lailatul qadar akan jatuh pada malam 21,
3. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad, maka lailatul qadar akan jatuh pada malam 27,
4. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari pada Senin, maka lailatul qadar akan jatuh pada malam 29,
5. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Selasa, maka lailatul qadar akan jatuh pada malam 25,
6. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Rabu, maka lailatul qadar akan jatuh pada malam 27,
7. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Kamis, maka lailatul qadar akan jatuh pada sepuluh akhir malam-malam ganjil.
Jika mengikuti kaidah ini, maka menurut hitungan diatas malam Lailatul Qadar 1438 Hijriah atau 2017 Masehi tahun ini, yang awal Ramadhan dimulai hari Sabtu/27 Mei 2017, akan jatuh pada Malam ke-21, yaitu hari Kamis malam Jum’at (15 Juni 2017 Malam).
Sedangkan jika kita mengikuti kitab Hasyiah Jamal & Ianatut Thalibin (halaman 257), maka Malam Lailatul Qadar insyaAllah akan jatuh pada malam ke-23 (malam Ahad/17 Juni 2017 malam).
Kaidah atau metode malam Lailatul Qadar diatas banyak tercantum dalam kitab-kitabnya para ulama’, termasuk dalam kitab-kitab fiqih dari madzhab Imam Syafi’i.
Metode ini telah teruji dari kebiasaan para ulama’ yang biasa menjumpai Malam Lailatul Qadar. Demikianlah ijtihad dari Imam Al-Ghazali, hal ini juga disetujui banyak ulama sebagaimana yang telah termaktub dalam kitab-kitab fiqih.
Mengenai hakikat dari kepastian Malam Lailatul Qadar itu sendiri hanya Allah Swt yang paling tahu, wallahu ‘a’lam. Oleh karena itu, meskipun konsentrasi qiyam ramadhan kita boleh diarahkan dengan kaidah diatas, namun hendaknya dalam ibadah Ramadhan dilakukan dengan penuh semangat setiap hari.
Rasulullah Muhammad Saw adalah teladan kita dalam melaksanakan ibadah. Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan, antara lain dengan memperbayak sedekah, membaca Al-Quran, dan i’tikaf.
Hal ini karena di antara keutamaan waktu di bulan Ramadhan adalah adanya pelipatgandaan pahala, dan termudahkannya beramal kebaikan. Anjuran banyak melakukan ibadah ini lebih ditekankan lagi ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan.
Mencari Malam Lailatul Qadar Sesuai Perintah Nabi
Rasulullah Saw telah menganjurkan kepada umatnya untuk mengharap agar dianugerahi Lailatul Qadar, yang mana Ramadhan sendiri sepuluh hari pertamanya adalah rahmat, sepuluh kedua adalah ampunan dan sepuluh terakhirnya adalah bebas dari api neraka karena rahmat Allah Swt.
Malam Lailatul Qadar Pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Meskipun hakikatnya tidak ada yang tahu secara pasti kapan jatuhnya Lailatul Qadar kecuali hanya Allah ‘azza wajalla. Namun Rasulullah Saw memberikan isyarat dalam sabdanya:
تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان
“Carilah Malam Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
Dalam kitab Shahih Bukhari & Shahih Muslim disebutkan, dari Siti Aisyah radliyallahu anha, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ {هذا لفظ البخاري
“Jika telah masuk sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadan, Rasulullah mengencangkan kainnya (menjauhkan diri menggauli isteri-nya), menghidupkan malamnya & membangunkan keluarganya.” Demikianlah menurut lafadz hadits Imam Al-Bukhari.
Dalam riwayat yang lain, Imam Muslim juga meriwayatkan dari Siti Aisyah radliyallahu anha:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
“Rasulullah Saw begitu bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sesuatu yang tidak beliau lakukan pada bulan yang lainnya.” (HR Muslim).
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Malam Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari akhir (bulan Ramadhan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
Malam Lailatul Qadar Pada 7 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Dan lebih khusus lagi, pada malam-malam ganjil pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Malam Lailatul Qadar jatuh pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan. Maka Rasulullah Saw bersabda:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Aku juga bermimpi sebagaimana mimpi kalian, bahwa Malam Lailatul Qadar (jatuh) pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berusaha mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
“Carilah Malam Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, apabila salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka jangan sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan. ” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhuma).
Malam Lailatul Qadar Pada Malam ke-27 Bulan Ramadhan
Yang lebih khusus lagi, Lailatul Qadar adalah malam 27, sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:
لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ
“(Laillatul Qadar adalah) malam ke-27” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radliyallahu ‘anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud).
Sahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu menegaskan:
والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين
“Demi Allah, sungguh aku mengetahui Lailatul Qadar itu. Puncak pengetahuanku bahwa malam itu adalah malam yang Rasulullah memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Malam Lailatul Qadar tersebut terdapat pada sepuluh hari akhir Ramadhan, terutama pada malam tanggal ganjil.
Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Beruntungnya manusia jika ia mendapati Malan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan dimana Allah menjadikannya malam yang sangat mulia, pernuh ampunan dan penuh rahmat.
Allah Swt berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3)
Para ulama menerangkan bawannya amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini akan Allah lipatgandakan yang nilainya lebih baik dari beribadah seribu bulan.
Seperti penejlasan An Nakho’i mengatakan, “Amalan di Lailatul Qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341)
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari, dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Sumber :
Tulisan Kang Santri / Ariffudin : http://kangsantri.id/malam-lailatul-qadar-menurut-imam-ghazali/
Tulisan Ust. Yusuf Suharto : http://www.nu.or.id/post/read/39251/kaidah-menandai-lailatul-qadar-menurut-imam-ghazali